Senin, 02 April 2018

Kisah Cinta Abadi dari Kaki Gunung Vesuvius

Bicara soal keindahan, Naples, kota di pesisir selatan Italia, memang tak ada duanya. Hamparan pasir putih pesisir,deretan bangunan dengan arsitektur kuno, hingga kekayaan sejarah kejayaan bangsa Romawi di kaki gunung Vesuvius membuat hati dan mata yang memandangnya kian terbius.

Akan tetapi, di balik keindahan tersebut terselip anomali. Toh, sudah menjadi rahasia umum apabila masyarakat di bagian selatan Italia tertinggal dari sisi ekonomi dibandingkan bagian utara. Para penduduk Italia selatan terkenal sebagai pekerja kasar yang hidup dengan hasil bumi seperti pelaut atau peternak.
Pada 2016, The Economist 2016 mencatat, dari total 943.000 penggangguran di Italia pada periode 2007 hingga 2015, 70 persen di antaranya berasal dari selatan. Hal itu pun dianggap menjadi satu di antara alasan lebih dari 700.000 orang yang melakukan imigrasi dari selatan ke utara pada periode 2001 hingga 2013.
Kesenjangan ekonomi juga terasa dalam sendi kehidupan bermasyarakat di Naples. Bahkan, New York Times edisi 7 Oktober 2012 memberitakan, berbagai kasus korupsi hingga kemunculan endemik kelompok mafia dilatari dari rasa "iri" akan kesenjangan besar di wilayah tersebut dengan di utara Italia yang tertanam sejak puluhan tahun silam. 
Pada akhirnya, pencurian, kemiskinan, dan tindak kriminal menjadi "makanan" biasa di Italia selatan, termasuk Kota Naples. Hal ini kemudian sempat memunculkan anggapan yang membuat masyarakat Naples tidak memiliki gairah besar apabila berbicara soal sepak bola, olahraga yang paling digemari di Italia. 
BACA JUGA

Meminjam bahasa mantan pemain Napoli, Francesco Montervino, "Di Italia, sepak bola adalah olahraga yang paling digemari, kecuali di Naples. Hal tersebut terjadi karena tim kami tidak memiliki prestasi yang cukup bagus. Namun, saya bangga sempat mengenakan seragam Napoli."
Kebanggaan Montervino itu merujuk pada 1 Juli 1984, tanggal yang akan selalu dikenang bagi tifosiNapoli. Kala itu, klub yang identik dengan seragam berwarna biru muda tersebut sukses mendatangkan salah satu pemain terbaik dunia, Diego Maradona, dari Barcelona yang notabene kesebelasan top di Spanyol.
Napoli memecahkan rekor pembelian termahal dunia ketika mendatangkan Maradona. Kedatangan andalan timnas Argentina itu membuat para pendukung Napoli merasa bahagia, mereka optimistis dapat memuaskan dahaga gelar.
"Sebelumnya klub-klub asal Italia Utara seperti Juventus, Inter Milan, dan AC Milan selalu mendominasi. Segalanya mulai berubah ketika Maradona bergabung ke Napoli," kenang pentolan fans Napoli, Massimiliano Gallo.
Menurut Salvatore Iodice, seorang seniman asal Kota Naples yang juga pendukung Napoli, kedatangan Maradona membuat kota itu mendadak bising, "Saya ingat malam ketika Maradona bergabung, semua mobil di seluruh kota menyalakan musik, seperti mereka telah memenangi Scudetto."
Nyatanya, hingga detik ini magis Maradona belum meninggalkan Kota Naples. Tanyakan saja kepada setiap Neapolitano (sebutan penduduk Kota Naples) tentang sepak bola, pasti hal pertama yang mereka sebut adalah Maradona.
Tidak mengherankan, sebagian warga kota itu memang menganggap Maradona bagai dewa. Terbukti, di Naples terdapat 'Kuil' Maradona yang dibangun oleh masyarakat setempat. Kesuksesan pria kelahiran 30 Oktober 1960 itu membuat wajahnya menghiasi jalan-jalan di kota tersebut. Hingga saat ini, seragam bertuliskan namanya masih dijual di toko-toko olahraga yang ada di kota itu.
"Terdapat sekitar tiga juta penduduk Kota Naples. Dari jumlah tersebut, dua juta di antaranya memiliki foto Maradona. Di sini, Maradona bagai Tuhan di antara manusia, seperti seorang Paus," kata penduduk Kota Naples yang bernama Gennaro Montuori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar